Banner POINT Sukabumi

Tuesday, March 30, 2010

Banner Point Kerjasama dengan BRI ( Bank Rakyat Indonesia )

Banner Point akan menjalin kerjasama dengan BRI (Bank Rakyat Indonesia), dimulai dari Kantor Wilayah Bali/NTB. BRI dipilih sebagai bank mitra karena berbagai pertimbangan, terutama karena cakupan jaringannya yang sangat luas (lebih dari 5000 unit kerja dengan 80% di antaranya sudah on-line), tingkat kesehatan bank yang meyakinkan (Bank dengan tingkat CAR tertinggi di Indonesia, BUMN milik pemerintah, saat ini tercatat sebagai bank terbesar ke-2 di Indonesia dari segi aset), manajemen yang kooperatif, dan prospek kerjasama yang saling menguntungkan.
Bagi pihak BRI, Banner Point adalah klien potensial dengan jumlah nasabah potensial yang sangat besar dan potensi perputaran dana yang sangat besar. Bagi Banner Point, BRI adalah mitra terpercaya yang dapat mendukung operasi finansial Banner Point secara luas dan komprehensif. Bagi kedua pihak, baik Banner Point maupun BRI adalah lembaga yang berorientasi kerakyatan sehingga keduanya memiliki jiwa pelayanan yang selaras.
BRI menawarkan aplikasi Cash Management System (CMS) yang akan memudahkan transaksi finansial terpadu. Aplikasi ini telah digunakan oleh korporasi besar (Pertamina, Telkom, Pemprov, dll) untuk keperluan transaksi dan manajemen keuangan sehari-hari. Dengan sedikit kustomisasi, aplikasi CMS BRI dapat dihubungkan dengan sistem transaksi finansial Banner Point sehingga dalam waktu dekat proses transaksi keuangan elemen-elemen Banner Point dapat dilakukan secara real-time (penyetoran/penarikan dana akan segera meng-update jumlah kredit masing-masing DP/DC di akun Banner Point secara instan / seketika).
Untuk mengawali kerjasama ini, para DC dan DP di wilayah Bali telah membuka ratusan rekening di BRI dengan supervisi langsung dari Kanwil Bali/NTB. Secara bertahap kerjasama akan diteruskan dengan semua kantor wilayah BRI di seluruh Nusantara.
Layanan tambahan dari BRI berupa layanan prioritas bagi para DP Banner Point dengan dibuatkan kartu khusus (co-branding Banner Point) dan slip setoran khusus untuk penyetoran kredit akun DP di sistem Banner Point.

Warna-Warni BannerPOINT

Apa warna BannerPOINT? Oranye, kalau bicara tentang logo dan warna tema.
Tapi bukan warna oranye yang mau saya ulas di note kali ini. Hari ini saya mau bicara tentang tiga warna lain: hitam, merah, dan biru. Kenapa hitam? Karena saat ini banyak (leader) yang waktu ditanya soal BannerPOINT jawabannya adalah “auk ah.. gelap!!!” Warna selanjutnya, warna yang sedang “hot” (dan memang cukup panas) mendominasi pembicaraan di facebook ini tentang BannerPOINT… warna merah.
Dalam bahasa warna, merah bisa dimaknai secara positif dan negatif (sumber: desktoppub.about.com). Secara positif, warna merah berarti kejadian penting, sesuatu yang spesial, dan perayaan. Namun secara umum untuk kultur Barat (suka tidak suka masyarakat kita lebih terpengaruh kultur Barat) merah lebih diasosiasikan secara negatif: kemarahan, bahaya, kehilangan uang, dan peperangan. Studi fisiologi menunjukkan bahwa warna merah merangsang pola pernafasan menjadi lebih cepat dan meningkatkan tekanan darah, menciptakan kegelisahan.
Begitulah merah mewarnai BannerPOINT saat ini. Gelisah, panik, marah, kecewa, dsb. Kenapa bisa begitu? Kalau mau dirangkum, itu disebabkan dua hal: Harga yang tidak sesuai dengan harapan, dan kinerja manajemen yang lambat (alias ketidakjelasan waktu mulai di suatu daerah).
Jadi sebelum warna merah ini menjadi lebih merah alias merah membara, sebagai konseptor BannerPOINT dan terutama sebagai salah satu network leader di Tianshi Indonesia
Saya membuat tulisan ini anggaplah sebagai sharing, yang harapannya bisa membirukan sedikit warna merah yang sedang marak. Coba Anda bayangkan, sejak kami mengambil alih manajemen (lihat note saya sebelumnya) :
  • di akhir Juli, dalam 3 bulan ini kami menjalankan 5 propinsi sekaligus (lebih dari seratus wilayah DC dengan sekitar 2000 DP),
  • membuat dan menjalankan sistem dari nol (kita tidak menggunakan sistem BannerStore, sistem BP dibuat dari scratch),
  • menemui lebih dari 200 supplier (dari situ kita sudah membuat deal dengan sekitar 30 supplier),
  • membuat kerjasama dengan BRI dan memulai negosiasi dengan Bank Mandiri,
  • mensetup dan menjalankan kantor di 2 lokasi (Jakarta dan Surabaya),
  • merekrut dan melatih sekitar 30 staff manajemen inti, membuka gudang pendukung distribusi di 5 lokasi,
  • melakukan belasan training untuk para DC/DP,
  • berkomunikasi dengan media (acara kita sudah 3 kali diliput berita di TVRI, plus blocking time 30 menit di TV-One yang akan segera tayang),
  • membuat 7 kali Vision Sharing, dan melakukan rangkaian negoisasi/koordinasi dengan manajemen Tianshi. Total jumlah dokumen (Excel worksheet) di komputer administrasi Surabaya (belum termasuk Jakarta) sebanyak 928 file,
  • jumlah tiket penerbangan sejumlah 143 tiket.
Dalam ukuran normal, semua ini harusnya dikerjakan minimal dalam 2 tahun, jadi kalau dalam 3 bulan sudah sejauh ini artinya itu sudah 8 kali kecepatan normal.
Kalau staff saya push lebih jauh lagi, terlepas dari berapa besar pun bayaran yang saya tawarkan saya yakin mereka akan memilih untuk resign.
Hal ini diperparah keadaan di lapangan dimana terjadi distorsi informasi (baca: overklaim presentasi) yang membuat BannerPOINT diharapkan memiliki harga bersaing di tingkat grosir (padahal konsep BannerPOINT adalah ritel ke end user).
Banyak anggota jaringan yang mengclosing toko/grosir dengan janji harga yang ditawarkan lebih murah dari harga grosiran, sehingga pada saat harga kita release (yang notabene sudah sangat bagus untuk harga ritel) terjadi kekecewaan dan menghambat kelancaran operasi. Inilah yang dikomplain sebagai “harga BannerPOINT mahal”. Padahal hampir 90% harga produk kita di bawah harga rata-rata peritel modern (kita secara berkesinambungan melakukan survey harga dibantu oleh anggota jaringan).
Belum lagi kendala penguasaan komputer (bahasa gaulnya: gaptek) di mayoritas DP dan kesalahan melakukan transfer (berita tidak sesuai format yang seharusnya) yang sangat menyulitkan bagian administrasi. Satu kesalahan nilainya 10 juta kredit, ekual dengan 10 juta Rupiah. Artinya jelas tidak boleh salah, harus dikerjakan dengan hati-hati dan melalui mekanisme crosscheck yang ketat. Implikasinya: menyita waktu yang cukup lama. Saat ini mental staff BannerPOINT sudah dalam keadaan sangat tertekan dan terus diserang dengan komentar negatif lewat berbagai media (internet: facebook, email; telepon, sms). Saya bersyukur punya staff yang sangat pengertian dan rela bekerja nyaris 15 jam sehari dalam kondisi seperti itu. Di lain sisi saya juga sangat memahami kecemasan dan kepanikan para DP yang sudah berinvestasi dan banyak di antara mereka yang menggunakan uang hasil pinjaman / menggadaikan barang. Yang dibutuhkan saat ini adalah rekoordinasi kita sebagai leader network sebagai bumper (seperti yang sudah dilakukan sebagian besar leader-leader selama ini, terima kasih untuk itu).
Memang sangat sulit, tapi itu semua kembali ke mentalitas kita sebagai pelaku MLM. Kalau Anda perhatikan isi Vision Sharing leader-leader awal Tianshi, kurang lebih kondisi Tianshi di awal mirip dengan kondisi BannerPOINT saat ini. Waktu itu (medio 2001-2003) dari 13 produk yang ada, 8 produk indent sampai berbulan-bulan. Belum lagi kasus bonus salah transfer, belum teregisternya beberapa produk utama di BPOM, reward yang terlambat turun, dsb.
Mendengarkan Net-P seperti itu kita bisa membayangkan kesulitan yang ada, tapi kalau mau betul-betul berempati dengan perasaan riil yang kami (leader awal Tianshi) alami saat itu, ya seperti perasaan Anda sekarang. Kalau di akhirnya Tianshi menjadi sebesar ini, 95% disebabkan endurance leader-leader awal yang melihat visi besar Tianshi. Bedanya, jaringan Tianshi Indonesia saat itu masih kecil dan tidak melibatkan finansial dalam skala BannerPOINT sekarang ini, boleh dibilang tantangan yang ada saat ini memang jadi jauh lebih besar dan berat. Jadi kalau saya yang sebetulnya sudah bisa memilih untuk diam dan menikmati passive income dari bisnis Tianshi yang saya bangun selama 7 tahun masih memilih untuk memulai membangun BannerPOINT dengan segala konsekuensinya, itu karena saya melihat visi yang jauh lebih besar dimana bisnis ini akan jadi bisnis raksasa dalam skala puluhan kali lipat besarnya bisnis Tianshi saat ini dalam 3 hingga 5 tahun mendatang, dengan pengaruh yang cukup untuk mengubah peta perekonomian Indonesia sesuai dengan cita-cita founding fathers kita. Mungkin terdengar muluk dan retorik, tapi saya serius dengan cita-cita ini.
Kalau cuma sekedar untuk bonus yang lebih besar, buat saya pribadi pengorbanan yang harus diberikan untuk membuat BannerPOINT masih terlalu mahal. Saya lakukan ini untuk cita-cita besar itu, buat saya ini adalah sebuah perjuangan dalam arti yang sesungguhnya. So, menjawab banyak pertanyaan tentang waktu mulai, saya bisa jawab bahwa target yang saya berikan ke manajemen ini adalah akhir tahun seluruh kota besar di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi selesai. Kami membuat business plan mengacu pada target tersebut. Kalau ternyata target tersebut meleset, sudah konsekuensi kami untuk menerima cacian.
Akan lebih mudah kalau saya publish target yang lebih jauh, katakanlah akhir tahun depan. Namun saya tetap memilih untuk membuat target akhir tahun ini. Alasannnya? Karena saya bisa berempati dengan para DP yang sudah berinvestasi besar, jadi semaksimal mungkin kami harus berusaha untuk membuat target itu terealisasi.
Mohon maaf sebelumnya kalau nanti target ini meleset. Kembali ini semua adalah target, bukan sebuah janji. Yang bisa saya janjikan adalah usaha seluruh jajaran manajemen BannerPOINT sebesar 1000% untuk mencapai target yang diset.
Moga-moga tulisan ini, yang saya buat dengan semangat transparansi, bisa sedikit menjawab pertanyaan sejenis. Pasti bukan jawaban yang kita semua harapkan, tapi jawaban ini jujur, terbuka, dan apa adanya.
Percayalah, kami sangat mengerti keadaan di lapangan dan kami berusaha semaksimal batas kekuatan manusia untuk mempercepat realisasi BannerPOINT di Indonesia.
P.S.: masih soal warna. Oranye menurut Cunningham & Harrington adalah simbol untuk daya tarik (general attraction) dan energi. Mengacu pada desktoppub.about.com: “In keeping with its transitional appearance in nature, you might use shades of orange to indicate transition or a bridge between two opposing factors.” Ritel konvensional dan network marketing jelas adalah dua faktor yang berseberangan. Kalau menurut Malbrough, Oranye adalah simbol Encouragement (dorongan semangat untuk berani melakukan sesuatu), strengthens the ability to concentrate (menguatkan kemampuan untuk konsentrasi), attraction (daya tarik), adaptability (kemampuan beradaptasi), stimulation (stimulus). Jadi kenapa warna ini dipilih sebagai warna tema? Silakan simpulkan sendiri dari arti warna ini. Sekarang saya dan beberapa staff mau memesan segelas es jeruk dingin (orange is trully refreshing ;) sambil menyelesaikan tumpukan nota manual para DP di Bali untuk dientri ke dalam sistem. Kalau hari ini bisa selesai besok saya akan ajak staff berlibur sebentar di Nusa Dua. Kalau belum selesai, moga-moga hari Minggu besok cuaca tidak sepanas hari ini karena kami akan bekerja sampai semua nota manual selesai dientri dan Bali bisa dikembalikan ke sistem berbasis web.

Monday, March 29, 2010

Banner POINT

Banner Point / Distribution Point bergerak di bidang penjualan ritel barang consumer goods (sembako/barang umum sehari-hari) di Indonesia terbukti sangat menjanjikan. Hal ini didukung oleh 2 faktor yaitu barang sembako adalah barang yang pasti diperlukan oleh setiap manusia dan jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar, sekitar 230 juta orang. Hal ini menimbulkan gambaran mengapa bidang penjualan ritel untuk barang consumer goods ini selalu stabil walaupun dunia ditimpa dengan berbagai macam krisis ekonomi. Selama ini hanya 2 jenis bentuk usaha yang mengambil keuntungan di bidang ini, yaitu bentuk usaha tradisional (pasar, warung, toko kelontong tradisional, dll) dan pasar ritel modern (waralaba mini market, super market, hyper market, dll).
Dalam perkembangan sekarang, jelas terlihat bahwa pasar ritel modern dengan modal besar di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat, bahkan menjurus mematikan bentuk-bentuk usaha tradisional lain yang bercirikan modal kecil. Untuk itulah sejalan dengan semangat ekonomi kerakyatan, dalam waktu dekat akan diperkenalkan sebuah konsep usaha jenis ke 3 yang disebut dengan usaha waralaba pribadi (personal franchise).
Konsep ini mengadopsi hampir semua keunggulan waralaba dalam usaha ritel modern, tapi dengan biaya investasi yang jauh lebih murah, bisa dilakukan oleh semua kalangan dan mempunyai potensi penghasilan yang tidak kalah dibandingkan usaha waralaba mini market yang sedang booming di Indonesia.